Pernah saya menonton program acara di televisi, dimana ada beberapa
orang yang mengikuti tantangan rumah hantu. Rumah itu didesain seangker
mungkin, sehingga menimbulkan kesan meyeramkan bagi yang mengikuti
tantangan. Apalagi berbagai jenis hantu dari yang namanya suster ngesot
sampe wewe gombel satu per satu muncul saat si penantang berusaha
mengumpulkan 4 bingkai yang nanti kalau sudah terkumpul akan membentuk
bangun ruang kubus, yang artinya si penantang dinyatakan berhasil.
Yang saya soroti selain ide acara yang menurut saya tidak mendidik
adalah selama proses pengumpulan bingkai. Mulai start memasuki rumah
tersebut, si penantang dengan terbata-bata mengucapkan,
“assalamuallaikum...permisi...!Ya Allah...Astaghfirullah...!”(sambil
celingak-celinguk kanan kiri) kalau-kalau setannya sudah beraksi.
Eh...benar, selang beberapa langkah si penantang memasuki rumah
tersebut, munculah kuntilanak dengan ketawa khasnya, menghampiri si
penantang yang menjerit ketakutan sambil beristighfar tiada hentinya.
Lepas dari tantangan kuntilanak, datanglah secara bergantian jenis
makhluk halus jadi-jadian lainnya, dan seperti tadi, si penantang tiada
henti-hentinya beristighfar.
Dari sana saya jadi
bermuhasabah dan melihat kondisi sebagian masyarakat yang menurut
pencermatan hanya beristighfar dikala masalah datang. Bukan berarti saya
menyalahkan itu, hanya saja kebanyakan orang yang lupa mengingat Allah
diluar indikator tersebut.
Suri tauladan kita, Nabi Muhammad
shallallahu ‘alaihi wa sallam
adalah orang yang paling banyak beristigfar dan bertaubat padahal
beliau adalah orang yang telah diampuni dosa yang telah lalu dan akan
datang.
Walaupun dosa-dosa beliau telah diampuni, namun beliau shallalahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang paling banyak beristigfar di setiap waktu. Para sahabat telah menghitung dalam setiap majelisnya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam terlihat paling banyak beristigfar.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
وَاللَّهِ إِنِّى لأَسْتَغْفِرُ اللَّهَ وَأَتُوبُ إِلَيْهِ فِى الْيَوْمِ أَكْثَرَ مِنْ سَبْعِينَ مَرَّةً
“Demi Allah. Sungguh aku selalu beristighfar dan bertaubat kepada Allah dalam sehari lebih dari 70 kali.” (HR. Bukhari)
Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,
يَا أَيُّهَا النَّاسُ تُوبُوا إِلَى اللَّهِ فَإِنِّى أَتُوبُ فِى الْيَوْمِ إِلَيْهِ مِائَةَ مَرَّةٍ
“Wahai
sekalian manusia. Taubatlah (beristigfar) kepada Allah karena aku
selalu bertaubat kepada-Nya dalam sehari sebanyak 100 kali.” (HR. Muslim)
Jika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
saja yang sudah dijamin dosanya yang telah lalu dan akan datang akan
diampuni, bagaimana dengan kita yang tidak dijamin seperti itu? Sungguh,
kita sebenarnya yang lebih pantas untuk bertaubat dan beristighfar
setiap saat karena dosa kita yang begitu banyak dan tidak pernah
bosan-bosannya kita lakukan.
Semoga Allah mengaruniakan kita untuk selalu mengikuti jejak beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam. Semoga Allah memberikan kepada kita akhir hidup yang baik. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar dan Mengabulkan do’a.